
Moskow, Rusia – Perintah gencatan senjata sepihak selama tiga hari yang diumumkan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin terkait konflik di Ukraina dilaporkan mulai berlaku pada hari Kamis, 8 Mei 2025. Gencatan senjata ini bertepatan dengan peringatan Hari Kemenangan (Victory Day) Rusia, yang menandai kekalahan Nazi Jerman dalam Perang Dunia II, sebuah hari libur besar dan sakral di Rusia. Namun, langkah ini disambut dengan skeptisisme mendalam dari pihak Ukraina, yang menganggapnya sebagai upaya propaganda dan meragukan ketulusan Moskow untuk menghentikan permusuhan.
Menurut laporan media yang mengutip Kremlin, Presiden Putin telah menginstruksikan pasukannya untuk menghentikan serangan di sepanjang garis pertempuran di Ukraina selama periode 72 jam, yang dimulai pada Kamis (8/5). Pihak Kremlin menegaskan bahwa pasukan Rusia akan sepenuhnya mematuhi perintah gencatan senjata tersebut. Meskipun demikian, mereka juga memberikan peringatan keras bahwa setiap tindakan agresif atau serangan dari pihak Ukraina akan direspons dengan “segera dan tegas.”
“Presiden Vladimir Putin telah mengeluarkan perintah untuk gencatan senjata selama tiga hari yang dimulai hari ini,” demikian bunyi salah satu laporan dari media pemerintah Rusia. “Pasukan kami akan menghormati arahan ini, namun kami siap untuk merespons secara proporsional jika kami diserang.”
Alasan resmi yang mendasari perintah gencatan senjata ini, selain untuk menghormati peringatan Hari Kemenangan pada 9 Mei, juga disebut-sebut karena alasan kemanusiaan. Peringatan Hari Kemenangan secara tradisional dirayakan dengan parade militer besar di Moskow dan merupakan momen penting bagi Rusia untuk menunjukkan kekuatan militernya serta mengenang pengorbanan besar negara tersebut selama Perang Dunia II.
Reaksi Skeptis dari Ukraina dan Laporan Pelanggaran
Di sisi lain, Otoritas Ukraina merespons pengumuman gencatan senjata ini dengan penuh keraguan. Para pejabat di Kyiv telah berulang kali menuduh Rusia menggunakan taktik serupa di masa lalu sebagai kedok untuk melakukan regrouping pasukan atau melancarkan serangan baru. Ukraina memandang pengumuman ini lebih sebagai “sandiwara” atau manuver propaganda daripada komitmen nyata untuk menghentikan kekerasan.
Beberapa jam menjelang dan saat dimulainya periode gencatan senjata yang diumumkan, laporan mengenai aktivitas militer dari kedua belah pihak masih terus bermunculan. Pihak Ukraina melaporkan adanya serangan Rusia yang terus berlanjut di beberapa wilayah, yang mengakibatkan korban sipil. Sebaliknya, terdapat juga laporan mengenai serangan drone Ukraina yang menargetkan wilayah Rusia, yang diklaim sebagai balasan atas agresi Moskow yang tak kunjung berhenti.
Seorang pejabat senior Ukraina, mengomentari pengumuman tersebut, menyatakan, “Kami telah mendengar janji-janji gencatan senjata dari Rusia berkali-kali sebelumnya, dan hampir selalu berakhir dengan pelanggaran oleh pihak mereka. Sulit untuk mempercayai ketulusan mereka kali ini, terutama ketika serangan mereka terus berlangsung.”
Kyiv berpendapat bahwa jika Rusia benar-benar serius menginginkan gencatan senjata, mereka seharusnya menarik seluruh pasukannya dari wilayah Ukraina yang diduduki secara ilegal. Tanpa langkah konkret tersebut, setiap pengumuman gencatan senjata dianggap tidak lebih dari upaya untuk mengalihkan perhatian internasional dan memperbaiki citra Rusia yang terlanjur tercoreng akibat invasi skala penuh yang dimulai pada Februari 2022.
Sejarah Gencatan Senjata yang Rapuh
Ini bukan kali pertama Rusia mengumumkan gencatan senjata sepihak sejak konflik memanas. Sebelumnya, pada perayaan Paskah Ortodoks, Rusia juga pernah mengumumkan penghentian sementara permusuhan, namun gencatan senjata tersebut dengan cepat runtuh di tengah saling tuduh pelanggaran dari kedua belah pihak. Pengalaman masa lalu inilah yang turut memperkuat skeptisisme Ukraina terhadap pengumuman terbaru dari Kremlin.
Komunitas internasional umumnya menyambut baik setiap upaya untuk mengurangi kekerasan dan penderitaan warga sipil. Namun, banyak pemimpin dunia dan organisasi internasional juga menekankan pentingnya gencatan senjata yang diverifikasi dan diikuti oleh langkah-langkah konkret menuju negosiasi damai yang substantif dan adil bagi Ukraina.
Situasi di lapangan selama tiga hari ke depan akan menjadi ujian sesungguhnya bagi komitmen Rusia terhadap gencatan senjata yang mereka umumkan. Dunia akan mengamati dengan seksama apakah senjata benar-benar akan terdiam di Ukraina, atau apakah pengumuman ini hanya akan menambah daftar panjang janji gencatan senjata yang gagal di tengah konflik yang telah berlangsung lebih dari dua tahun ini dan telah merenggut puluhan ribu nyawa serta menyebabkan krisis kemanusiaan terbesar di Eropa sejak Perang Dunia II.
Sementara Rusia bersiap untuk merayakan Hari Kemenangan dengan kemegahan militer, nasib gencatan senjata yang baru saja dimulai ini masih menggantung, dibayangi oleh ketidakpercayaan yang mendalam dan realitas perang yang brutal di Ukraina.